Rabu, 19 Mei 2010

pertanyaan ayahanda

Mei, 16, 10...

Kepulangan yang tepat. Hehe... alhamdulillah, setelah melaksanakan tugas monitoring sensus dua minggu silam, kami berkesempatan pulang ke rumah. Dan sangat alhamdulillah, kepulangan kali ini sangat tepat.

Tetangga saya menikah, tetangga yang juga kakak teman saya dari SD...

Resepsi pernikahan diadakan di rumah orang tua, yang hanya berselisih satu rumah dengan saya. Ahad pagi kemarin adalah akad nikah si mbak. Dan ayah juga turut menjadi saksi...

Setiba di rumah, beliau cerita,
speechless aku, ingat anak-anakku, kapan ya....

Hehe... saya menanggapinya hanya dengan senyuman, nyengir... What do you mean, Dad?

"Selama anak belum menikah itu masih menjadi tanggung jawab orang tua, sedang kalo sudah menikah, itu sudah menjadi tanggung jawab suami...."


Few... saya mencerna dalam-dalam kalimat beliau... Entahlah, diibaratkan buku, pikiran orang tua tak akan pernah habis terbaca.

Apa kau merasakan kejenuhan membesarkan kami, Ayah?
Apa kau merasa tanggung jawab membesarkan kami sedemikian besarnya dan sedemikian sulitnya?

Capek dalam menduga-duga, saya memutuskan bertanya,

dan bukan... tentu saja bukan seperti itu...

keberhasilan orang tua, adalah ketika berhasil mengantarkan putra-putrinya ke jenjang pernikahan, mengantarkan putra-putrinya menjadi keluarga yang siap mencetak kembali generasi-generasi terbaik bangsa...

Ah... speechless saya menyadari hal ini.

Pernikahan, tanggung jawab, keluarga...

Akan tiba waktunya, Ayah. Akan tiba waktunya putrimu ini lepas darimu, menjadi bagian dari suatu keluarga baru. Tapi jika waktu itu sudah tiba, Ayah... jangan pernah lepaskan aku sebenar-benarnya... jangan pernah lepaskanku dari tanggung jawabku terhadapmu...