Minggu, 25 April 2010

specially for my little sister...

21 Maret lalu, adek pertama saya tepat menginjak usia 18. Belum sempat banyak kata yang terucap, padahal saya ingin ngomong banyak-banyak… Walau gak ada kado atau hadiah atau semacamnya yang mengiringi… hehe. Sebab saya pikir ayah-nomor-satu-di-dunia sudah memfasilitasi semua yang ia perlu… dan ibu-nomor-satu-sejagad-raya sudah melengkapinya dengan kasih sayang, dan cinta… jadi apa yang kurang? Hehe. Seiring uang tabungan saya yang makin menipis itu :P

serius dikit ah..

Dear Dek Ya…

Gak ada yang bisa kubanggakan dari aku terhadapmu selain satu: pengalaman… aku pernah melalui masa-masa yang sekarang kau alami (haha, itulah yang selalu menjadi keunggulan orang-orang yang udah berumur :p). Maka melalui tulisan ini kuingin ngomong banyak hal… yang tak lain tak bukan kubuat karna kuingin kau lebih baik daripadaku…

Ada satu lagu untukmu, dari SO7 – Perhatikan Rani, coba deh nyanyikan dengan nada yang sama..

Beranjak dewasa adikku Vira tercinta
Sudah saatnya belajar berpijar
Tingalkan kluarga demi masa depan cipta
Sudah waktunya kau mulai terjaga

Beranjak melentik adikku Vira yang cantik
Jadikan masa depanmu menarik
Ingat slalu pesan kedua orang tuamu
Jalani dengan hatimu yang tulus

Dan jangan takut…
jangan layu pada semua cobaan yang menerpamu… dan jangan layu…
Kami slalu bersamamu dalam derap
dalam lelap mimpi indah bersamamu,..

Padamkan sekejap warna-warni duniamu
saat kau mulai kehilangan arah
Nyalakan sekejap warna-warni duniamu
saat berjalanmu kembali tegap
Mungkin semua ini kan cepat berakhir
Semoga semua ini adalah persinggahan sementara mimpimu…

#Ternyata umurmu udah makin besar aja ya Dek, makin tua, hehe. Hari ini tanggal 16 April 2010, artinya udah nyaris sebulan usiamu di angka 18…

Kau baru saja tes kelulusan SMA, dan insya Allah lulus… (aminn..)

Menuju suatu masa perkuliahan…

Tahu gak, gejolak hidupku mulai disini…

Saat-saat lepas dari ayah ibu dan mulai berdiri di kaki sendiri (tapi gak juga sih, orang uang bulanan juga masih dikirim ^_^)…

Dek, bnr2 untuk lepas dari orang tua itu menjadi gejolak batin tersendiri. Kalo bisa sih mau aku kampus pindah ajalah ke Cepu… atau enggak, kita aja yang pindah ke Jakarta… hihi, ngaco bin ngarep.

Dan masa-masa tersebut tak lama lagi akan kau lalui…. Gak tinggal ma ayah ibu lagi… kau berdiri di atas keputusanmu sendiri… orang tua gak akan bisa sepenuhnya ada di setiap masalah yang kau temui… oh ya, satu lagi, ini berarti kau juga harus bisa mencuci piring dan baju sendiri, haha…

Kau udah dewasa, dek Ya…

Sudah saatnya mulai terjaga dan belajar berpijar….

Kau tahu, satu masa transisi ini, masa kuliah, bisa membawa berjuta orang pada gerbang kesuksesan mereka. Berhasil menciptakan suatu karya yang bermanfaat untuk orang lain… dan ayah ibu mereka pastilah bangga atas mereka… keren bukan?… maka cita-cita dunia apalagi yang kita cari selain ridho orang tua? Ah… tentu saja kita harus iri pada orang-orang ini… iri untuk kemudian memotivasi kita lebih baik…

Tapi Dek,…

Berjuta orang lainnya, di kondisi yang sama –suatu masa kuliah– justru terjadi hal yang berkebalikan. Mereka pinter. Pinternya digunakan untuk “minterin” orang tua… untuk minterin rakyat… Untuk kesenangan dunia yang tak seberapa…

Dan di lain pihak, segolongan orang justru terjatuh di masa ini… terlena akan gemerlap dunia luar. Kuliah mereka… entahlah, barangkali sekedar absen, bertemu teman, kongkow2 gak jelas juntrungannya… Seolah mereka lupa, orang tua mereka menempatkan mereka di sana adalah karena suatu kepercayaan… dan astaga, mereka membiarkan kesempatan itu terlewat begitu saja, kesempatan untuk hari esok yang lebih baik…

Satu kunci yang aku dari Anis Matta, Dek, isilah waktu kita dengan orang yang kita bisa memberi manfaat untuk orang tersebut, atau, orang itu membawa manfaat utk kita…

Dek Ya,
Dunia ini udah makin renta…
Apapun kondisi di luar sana, sebelok dan serumit apapun jalannya, kembalikan pada tujuan semula yak…. Ah ya. Cobaan di atas bukan berarti kesedihan ataupun penderitaan aja… Kongkow2 tak jelas tadi…, hedon2; tentu saja itu menyenangkan untuk dilakukan. Sayangnya tidak semua hal menyenangkan di awal adalah menyenangkan pula dipenghujung… Ya, semua hal itu cuma membawa euforia sesaat, selebihnya adalah menyesakkan…

Kuncinya, resep abadi seorang muslim… adalah sabar dan syukur… sabar ketika mendapat musibah, dan syukur kala mendapat nikmat…

Dan jangan takut untuk berkata tidak, Dek… tidak untuk hal-hal yang gak bener….. ingetlah, kalaupun seluruh dunia memusuhimu, kami akan tetap ada di sini untukmu…

Jangan takut… jangan layu pada semua cobaan yang menerpamu…
Kami slalu bersamamu dalam derap… dalam lelap mimpi indah bersamamu,..

Gak ada yang perlu dikhawatirkan, Dek Ya,
Ada Allah bersamamu,
Ada doa orang-orang yang mencintaimu untukmu…

Selamat berjuang… Aku tahu kau bisa melakukan lebih dari yang udah kau lakukan sekarang. Saatnya mulai terjaga.


Jakarta, 16 April 2010,
Semoga masa depanmu kelak kan seindah akhlakmu…