Sabtu, 22 November 2008

Kalo Hati yang Bicara. .

Kamis itu. Mendadak.

Hati krasa peka banget. Siang bolong... di tengah puasa saya.. Saya mulai berjalan pulang ke arah kost. Dan di gang itu. .

Seorang bapak tua sedang menjaga gerobak rujaknya.

Kalau saat itu saya boleh nangis, nangislah.

Membayangkan si bapak lagi menghaluskan bumbu rujak.. Capek? Gak usahlah ditanya. Orang saya aja mungkin pegang alatnya (uleg2, red) paling ga kuat. Sedang si bapak. . .

Belum lagi beliau yang harus mendorong gerobaknya. Lalu andai hujan?

Bahkan beliau masih bisalah dikatakan beruntung dibanding penduduk Indonesia lain-yang tempat tinggal pun belum ada. . .

#
Tiba-tiba melangkahlah kaki saya ke arah beliau.
"Rujak, Pak, dua bungkus."

Deg. Saraf sadar saya mulai bereaksi. Rujak? Dua bungkus??? Buat sapa tu? Lagi puasa, Neng... Belum lagi sikon duit, lancar keluar_seret masuk. Oh God...

Tapi hati menentang hal itu (jadi ceritanya ni hati VS saraf sadar), kata si hati gini,
"Uang gampanglah, Ada yang ngatur. Kalo masalah siapa yang makan. .Tenang, banyak penduduk lagi!. ."

Dan Sipp... dah! si Hati menang!!!