Kamis, 30 September 2010

*yang mengharukan dari Syawal...

22 September 2010
Satu peristiwa terjadi begitu saja… bisa jadi di situlah titik tolakku bermula…


Malam ini akan ada satu acara bertopik sama tetapi diselenggarakan di dua tempat. Ada acara, ada konsumsi juga… hihi… dan aku koord konsumsinya. Untuk acara kali ini, konsumsi yang aku pegang sudah aku cukupkan sewaktu pagi tadi ke pasar Subuh. Pasar snack pagi yang terletak di pasar Senen ini selalu menjadi langganan kami kalau ada acara kampus atau ukm-ukm gini. Memang makanan di sini terbilang murah, kalo soal rasa, tentu saja, tergantung selera masing-masing Anda…

Ya, konsumsi makanan emang udah terpenuhi… tapi untuk minum belum tersedia.

Baiklah, sore harinya aku mencari toko yang menyediakan air gelas…

Tibalah di suatu toko yang emang besar, dan tersedia banyak air gelas di sana. Okelah, langsung aku memesan empat kardus sesuai yang diperlukan.

Semula kupikir toko tersebut mau mengantar keempat kardus itu ke dua tempat yang kami perlukan. Dua kardus ke tempat A, dua kardus ke tempat B. Maka begitu penjual mengatakan hal ini, aku kaget…

“Ya gak bisa mbak, kalo semisal tempatnya nyebar gitu.”
Hah? Orang aku cuma meminta di anter ke dua tempat, bukan menyebar kemana-mana…

“Pesannya cuma empat lagi.”
Astaga… Jadi kalo aku membeli lebih dari ini ibu penjual mau nganter? Apa bedanya beli empat atau lebih, Bu? Bukankah peribahasa “pembeli adalah raja” berlaku tanpa syarat apapun di dalamnya?

Aku masih diam. Jika tahu begini, bukankah tadi bisa saja aku meminta temanku untuk memesan air untuk dianter ke tempat A, dan aku memesan sendiri untuk dianter ke tempat B?

“Ya udah mbak, kalo gitu dibatalin aja gak papa.”
Hmm… penjualnya kali ini berkata benar. Apa yang di tempat A aku batalin, sementara untuk tempat B biar tetap di sini, karena tempat A jauh dari penjual ini?

“Ya udah Bu, kalo gitu yang dua tetap dianter ke tempat B, yang dua kardus gak jadi.”

Tiba-tiba penjualnya berkata dengan nada meninggi, “Kalo gitu gak usah dua-duanya gak papa mbak, gak usah pesen disini juga gak papa, ini uang mbak saya kembalikan! Cuma pesen empat aja kok! Saya masih punya banyak pelanggan lain!”

Astaghfirullah. Bukannya sang ibu tadi yang ngasih ijin untuk membatalkan air, dan aku membatalkan salah satunya karena menghormati ibu ini?

Aku masih diam. Terdiam lama sebelum akhirnya aku lebih bisa menenangkan diri sendiri. “Mungkin si ibu lagi PMS, jadi lebih sensitif", hihi, berdialog dengan batinku yang sotoy…

“Ya udah, makasih ya Bu…. Mohon maaf mengganggu…”

Kututup dialog sore itu. Beristighfar sebanyak-banyaknya… semoga hal ini sebatas aku yang direndahkan saja, dan beliau tidak tersakiti……


Lalu kucari toko lain… Berasa lagi syuting reality show “Tol*ng” yang ditayangkan di stasiun swasta itu.

Toko pertama… “Wah, lagi kosong mbak stoknya…”

Toko kedua… “Gak bisa mbak, saya mau belanja…”. Aih?

Toko ketiga… “Gak bisa mbak, maaf ya…”

Penolakan demi penolakan aku terima. Padahal aku cuma minta dianter dua kardus ke satu tempat. Kenapa pula mereka menolak?

Itu udah keliling dari barat ke timur, dari utara ke selatan… ya Rabb…

Lalu terpikir satu kios langgananku, letaknya di ujung Sumatra, ups, di ujung pasar sawo tepatnya.

“Wah, lagi habis mbak…. Belum datang dari agennya…”

Haah. Desperate luar biasa. Musti bagaimanalah? Acara tinggal beberapa jam lagi. Atau naik becak aja ya?

Aku nyaris mengambil keputusan itu, tapi kisah ini berbeda setelah kutemukan kios terakhir…

“Iya mbak, masih banyak ni air kardusnya… tapi motor lagi gak ada, lama kalo nungguin orang yang bawa motornya…”, terang seorang bapak tua, pemilik kios itu.

“Kemana sih mbak, jauh enggak?”

“Oh… ke situ, ya udah, pake ini aja gimana…”

Beberapa menit kemudian beliau mengeluarkan troli dorong yang digunakan utk gas dan barang-barang berat lainnya… Subhanallah, penolongku adalah seorang bapak tua, beliau mendorong sendiri trolinya, dan mengantarkan sampai ke tujuan T.T
T.T
T.T
T.T

Sejak saat itu aku bersumpah untuk lebih banyak lagi berbuat kebaikan sama orang lain.

Maka jangan pernah sombong, vivin… jangan pernah… kau berasal dari orang kecil, kau dibesarkan oleh mereka, tanpa pernah mereka meminta suatu apa… Hanya meletakkan harapan padamu, agar kau jadi orang besar… orang besar yang pandai menolong, orang besar yang sadar diri… bukan orang besar yang justru meremehkan untuk apa yang kecil ada….

Maka jadilah orang besar, vivin… jadilah orang besar karena dengan menjadi besar kau akan bisa lebih banyak membantu orang lain… jadilah sedikit orang besar yang ia tahu persis dari mana dia berasal… hanya dari setetes air mani yang menjijikkan…..



Konsumsi in action (lagi)

Kali ini tugas konsumsi adalah : memasak.

Yup. Kami menyediakan jasa pesan catering. Dan jumlah pemesan terbilang banyak. Mencapai 110 orang. Jasa catering kali ini yang berbeda adalah : makanan di antar ke pemesan setidaknya pukul 04.30. Artinya, tengah malam baru kami akan memasak. Artinya akan tidak tidur semaleman. Artinya ini melawan rutinitas sehari-hariku…. Ya ya. Tak masalah.

Yang masalah disini adalah… aku tidak bisa memasak…

Huah. Tentu saja ini masalah terbesar. Koordinator konsumsi kok gak bisa memasak? Jelas ini suatu kesalahan….

**Ketika sesuatu tidak diserahkan pada ahlinya, maka ini contoh peristiwanya… wkwk…

Hari pertama…
Konsumsi menu pertama kami adalah semur ayam dan tumis buncis jagung.
Yak, yang kurang di hari pertama : ayam dipotong terlalu kecil. Sejempol-jempol. Haiks. Dan, beli cabe kebanyakan, tiga kresek isinya cabe semua… wah wah…

Dan benar aku tidak berkutik apa-apa *sedihnya*… kalo tahun lalu koord konsumsi terjun langsung dalam pembuatan masakan, maka kali ni aku hanya standby di wastafel, bersiap mencuci jika ada wajan atau panci yang kotor. Iyuhhh…..

Memang iya sih, anggota konsumsi beberapanya pintar masak. But the problem here is… mereka perlu patokan untuk menentukan apakah makanan mereka sudah enak atau belum. Pertanyaan pertama tentu saja diarahkan sama aku sebagai koord. Dan entah kenapa, aku juga gak ngerti, semua masakan di lidahku tu enak… ahahhaa… berbeda ketika orang lain yang mencoba… yang bilangnya kurang bumbu-lah, kurang kecap… wkwkwk…

Kemudian saat-saat memasak tumis pun tiba. Ada satu anggota yang memasak, eh, tahunya kepedesan… terlalu banyak cabe rupanya…

Waktu-waktu berikutnya nyaris habis untuk menolong rasa bumbu yang pertama -.- wkwk…
Dan nasi tepat datang jam tiga!

Waktu habis!

Saatnya nganter makanan ke temen2 yang pesan!

Fiuh, Alhamdulillah-nya masakan benar-benar sudah matang… jadi bisa langsung aku bagi makanannya per jurusan yang sebelumnya sudah dibagi ama sie humas.

Sayangnya, buncis terbuang percuma, masih ada satu toples dan gak kepake…… T.T….

….

Hari kedua

Belajar dari pengalaman hari pertama, kali ini aku memilih terjun langsung untuk belanja. Memperkirakan sayuran yang akan dibeli sama budget yang tersedia…

Dan kebodohanku… haiks…. Aku gak ngerti memilih tongkol yang seharusnya dipilih….

Tahu akibatnya? Tongkol yang aku beli ternyata tongkol basah, perlu waktu lama untuk menggorengnya biar kering… yang lebih ironis, tongkolnya mengkerut, menjadi lebih kecil daripada ayam kemarin. Huaaa T.T…. bodoh!

Padahal niat semula adalah memperbaiki masakan kemarin yang menghasilkan ayam-ayam kecil kemarin. Eh, ini kok tongkolnya jadi mengecil semua setelah digoreng… padahal sebelumnya udah meminta penjualnya untuk memotong agak besar…
T.T
T.T
T.T
T.T

Sedih yang gak ketulungan….



Hari terakhir, kami sudah gak belanja lagi…. Sayuran untuk hari ini sudah beli kemarin, kacang dan telur. Alhamdulillah, keduanya tahan lama, jadi bisa disekaliankan pas kemarin belanja….

Tung itung tung tung….

Keuntungan overload.

Tahun sebelumnya tidak seperti ini….

Fiuh…

Akhirnya aku segera ambil keputusan, membeli jeruk untuk pemesan satu-satu dan membuatkan teh hangat. Yihhaaa… semoga menolong kesan masakan sebelumnya……
…….
**

05.00
Tertunaikan sudah sholat subuh…

Alhamdulillah… Alhamdulillah…. Terima kasih Allah untuk segalanya, terima kasih telah Engkau mudahkan segalanya…

Ketika H-1 basecamp kmi nyaris tidak bisa digunakan, Kau gerakkan hati pemilik rumah… hingga akhirnya di hari H basecamp sudah bisa digunakan…

Ketika kami bingung bagaimana untuk mendapatkan dua kompor… dengan pinjam komporkah? Tapi tak berani merakitnya… dengan gabungan ke basecamp sebelahkah? Tapi pasti akan mempersulit koordinasi…. Ehh… ehh… Kau memudahkannya… Kau mudahkan kami dengan bisa menggunakan kompor kedua yang ada di basecamp yang sama, dengan menggunakan tang… ya, ide itu nyaris tak ada terpikir sebelumnya…. Jika bukan karena Kau, karena siapa lagikah…

Alhamdulillah… Kau beri pula kami ide untuk menggunakan dispenser, yang ini juga terpikir baru setelah jarum jam lewat pukul 00.00… ya Rabb… ide itu datang dari-Mu, Kau pula yang memudahkan… alhamdulilah, Kau berikan kami keberanian untuk menempuh jarak yang sejauh itu…

Terima kasih… sungguh terima kasih:)