Minggu, 03 Februari 2013

sederhana

1+(-3) = -2

sudah lupa bagaimana dulu guru SD mengajarkan hal tersebut. Yaa... dan kali ini sungguh terasa betapa luar biasa mereka dalam membimbing kami. Allah, berkahilah guru-guru kami...

Senin, 28 Januari 2013

[1] tentang kelapa

Berjalan, berlari bahkan terjatuh menjalani apapun Takdir-Mu. Kuyakin Rabb, ini semua adlah cara-Mu mencintaiku. Alhamdulillah.. Alhamdulillah @aagym

19-20 Januari kemarin saya mengikuti mabit yg diadakan oleh pihak DT Serpong, Tangerang. Rasanya bersyukur banget menjadi salah satu peserta mabit kemarin. Hm, mungkin kali ini sy sampaikan apa yg paling terkenang dari mabit tersebut.

Yaitu perjalanan hidup Aa Gym, yaa... pagi hari setelah sholat subuh beliau memberikan kultum. Beliau berkisah perjalanan hidup beliau mulai dari nol yang kala itu beliau merintis usaha, hingga akhirnya beliau mendapatkan buah dari usaha itu. Saya juga masih ingat gimana pada tahun itu (lupa tepatnya) Aa Gym begitu tenar. Konon beliau menambahkan, sekali mengadakan tabligh akbar itu beliau bisa mendapatkan 150 juta.

Lalu kemudian ketika beliau memutuskan untuk poligami, seolah dunia terbalik. Masyarakat mulai berpaling dari beliau... mungkin itu juga yang sedang Allah kehendaki bagi para masyarakat yg mengagungkan Aa Gym; bahwa Aa Gym itu juga hanyalah seorang penyampai, yang jangan sampai kecintaan sama beliau itu berlebihan. Tentang poligami ini; well, saya termasuk bukan orang yang pro. Tapi bagaimanapun, suami punya hak untuk poligami; dan sang istri juga punya hak agar ia tidak dimadu ketika akad. 

Eh kok malah nyampe poligami :D

Dan dunia benar-benar terbalik, sudah tidak banyak lagi stasiun TV yang meminta beliau, produk-produk DT pun sempat mati suri.

"Seperti kelapa, dalam proses menghasilkan santan itu ia akan mengalami berbagai proses yang menyakitkan. Dibanting-banting, dikupas, diparut, diperas, hingga akhirnya akan menjadi santan. Sungguh apa yang kau alami ini belum ada apa-apanya," ujar guru Aa Gym waktu itu menasihati Aa.

Tapi Allah selalu sempurna dengan rencana-Nya.

**bersambung

[1] tentang keluarga

Kali ini tentang keterbukaan, hmm, beliau mengawali wejangan pagi itu dengan kisah beliau sendiri. Kata beliau, "Jika engkau nanti menikah, terbukalah sama suami, terutama dalam masalah keuangan."

"Termasuk walaupun itu uang kita sendiri?", tanyaku, menerawang

"Iya, tentu. Walaupun itu adalah uangmu sendiri, engkau harus berbagi dengan suamimu jika kau mengeluarkan uang. Dulu saya sama suami juga gitu, hingga alhamdulillah 30 tahun kami bersama ga pernah ada masalah keluarga. Suami juga kalo mau ngeluarin uang pasti cerita, terlebih bagus lagi kalo kita mengingatkan saudara beliau yg membutuhkan bantuan...", tegas beliau.

**
"Mengingat kembali pesan Usth. Marijati di akhir tahun 2010 tentang titik rawan pernikahan.
2th pertama adl kegagalan adaptasi, mengenal, dn memahami,
2-5th ttg masalah ekonomi dan manajemen umum keluarga,
5-10th ttg perhatian, kepedulian di atara pasangan,
10-20th ttg aktualisasi diri yg salah,
Lebih dari 20th adl kebosanan, disorientasi,
Bila pondasi awal kuat, insya Allah, walau badai menghadang akan mampu dilalui..." ~ status mb Ticko siang kemarin.

Yaa... selamat belajar, selamat belajar. Untuk tujuan semulia itu, jangan lengah untuk terus melakukan perbaikan.