Jumat, 20 April 2012

Di Mana Posisi Kita?


tulisan yang sempat terbengkalai...
***

Jika kita berbicara tentang Palestina, artinya kita akan membicarakan aspek multidimensi. Bukan sebatas konflik antara Israel dengan Palestina, melainkan juga keadilan yang tengah tercabik-cabik. Lebih dari itu, berbicara tentang Palestina berarti juga berkenaan dengan Masjid Al-Aqsha, masjid yang menjadi kiblat pertama kaum muslimin. Belum lagi tragedi kemanusiaan akibat kebuasan zionis Israel. Laporan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di wilayah Palestina yang diduduki Israel mengatakan, pasukan pendudukan Israel (IOF) telah banyak melukai rakyat Palestina selama 88 minggu pertama Juni 2011. Jumlah korban sangat tinggi mencapai 787 cedera tahun ini, terjadi peningkatan 17 persen dari tahun 2010 (eramuslim.com).

Dr. Yusuf al-Qardawi pernah mengungkapkan:

“Palestina dan Baitulmaqdis mempunyai kedudukan yang sangat tinggi. Hal ini sudah disepakati oleh seluruh kaum Muslimin dan seluruh kelompok, mazhab dan aliran-alirannya dan sudah menjadi ijma’ umat dari satu ujung dunia sampai ke ujung dunia yang lain. Maka tidaklah mengherankan apabila seluruh kaum muslimin selalu konsisten dalam membela, melindungi tanah, kehormatan dan kesucian Baitulmaqdis serta mengorbankan jiwa, raga dan harta benda mereka.”

Lantas, apa kabar pemuda di sana?

Sejarah perjuangan Palestina dilingkari dengan tokoh-tokoh hebat. Tarbiyah Islamiyah menjadi rahasia pendidikan pemuda. Proses pelaksanaannya dilakukan secara konsisten, selanjutnya diteliti dan dipantau. Setiap pemuda mempunyai pertemuan mingguan secara kontinyu. Dalam waktu kurang lebih dua jam, mereka akan diminta setoran 10 ayat al-Qur’an, satu hadits Rasulullah SAW, kemudian mengupas satu bab dari shirah Nabi Muhammad SAW, serta menambah pengetahuan tentang negara Islam. Hasilnya, pemahaman akan Islam meluas dan semangat perjuangan menjadi energi tak terperikan.

Di tahun 2010, Palestina telah menghasilkan 2500 para penghafal Al Qur’an ditambah 1000 hafidz yang masih berada di bangku-bangku sekolah. Al-Qur’an juga bukan hanya sekadar dihafal dan dilagukan, melainkan menjadi sumber inspirasi kekuatan jiwa. Alkisah, Ibrahim Nizar Rayyan selalu berdoa agar Allah mengaruniakan syahid kepada dirinya. Berapa umurnya ketika itu? 16. Baru 16 tahun.

Sekarang, bisa jadi di Palestina sana sedang terjadi pengeboman, serangan kembali oleh tentara Israel. Akan tetapi, di saat yang sama pula, di Palestina sana, dzikir-dzikir terlantun dengan hebatnya. Tiada yang dapat mematahkan semangat jihad kecuali maut yang memisahkan. Sedang kita di sini… masih sibuk dengan memperbaiki iman yang katanya futur (lagi)… Padahal, dari segi apapun kondisi lingkungan kita jauh lebih kondusif untuk beribadah. Yuhuu… Tak adakah kado untuk-Nya hari ini, semacam hafalan ayat yang bertambah, jadi tidak hanya surat itu-itu saja yang dibaca dalam sholat?

… bukan sok suci, apalagi menggurui.. hanya sekedar teguran untuk diri sendiri… ‘afwan.