tulisan yang sempat terbengkalai...
***
Jika kita berbicara tentang
Palestina, artinya kita akan membicarakan aspek multidimensi. Bukan sebatas
konflik antara Israel dengan Palestina, melainkan juga keadilan yang tengah tercabik-cabik.
Lebih dari itu, berbicara tentang Palestina berarti juga berkenaan dengan
Masjid Al-Aqsha, masjid yang menjadi kiblat pertama kaum muslimin. Belum lagi
tragedi kemanusiaan akibat kebuasan zionis Israel. Laporan Kantor PBB untuk
Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di wilayah Palestina yang diduduki Israel
mengatakan, pasukan pendudukan Israel (IOF) telah banyak melukai rakyat
Palestina selama 88 minggu pertama Juni 2011. Jumlah korban sangat tinggi
mencapai 787 cedera tahun ini, terjadi peningkatan 17 persen dari tahun 2010 (eramuslim.com).
Dr. Yusuf al-Qardawi pernah
mengungkapkan:
“Palestina dan Baitulmaqdis
mempunyai kedudukan yang sangat tinggi. Hal ini sudah disepakati oleh seluruh
kaum Muslimin dan seluruh kelompok, mazhab dan aliran-alirannya dan sudah
menjadi ijma’ umat dari satu ujung dunia sampai ke ujung dunia yang lain. Maka tidaklah
mengherankan apabila seluruh kaum muslimin selalu konsisten dalam membela, melindungi
tanah, kehormatan dan kesucian Baitulmaqdis serta mengorbankan jiwa, raga dan harta
benda mereka.”
Lantas, apa kabar pemuda di sana?
Sejarah perjuangan Palestina
dilingkari dengan tokoh-tokoh hebat. Tarbiyah Islamiyah menjadi rahasia
pendidikan pemuda. Proses pelaksanaannya dilakukan secara konsisten,
selanjutnya diteliti dan dipantau. Setiap pemuda mempunyai pertemuan mingguan
secara kontinyu. Dalam waktu kurang lebih dua jam, mereka akan diminta setoran
10 ayat al-Qur’an, satu hadits Rasulullah SAW, kemudian mengupas satu bab dari
shirah Nabi Muhammad SAW, serta menambah pengetahuan tentang negara Islam.
Hasilnya, pemahaman akan Islam meluas dan semangat perjuangan menjadi energi
tak terperikan.
Di tahun 2010, Palestina telah
menghasilkan 2500 para penghafal Al Qur’an ditambah 1000 hafidz yang masih
berada di bangku-bangku sekolah. Al-Qur’an juga bukan hanya sekadar dihafal dan
dilagukan, melainkan menjadi sumber inspirasi kekuatan jiwa. Alkisah, Ibrahim
Nizar Rayyan selalu berdoa agar Allah mengaruniakan syahid kepada dirinya.
Berapa umurnya ketika itu? 16. Baru 16 tahun.
Sekarang, bisa jadi di Palestina
sana sedang terjadi pengeboman, serangan kembali oleh tentara Israel. Akan
tetapi, di saat yang sama pula, di Palestina sana, dzikir-dzikir terlantun
dengan hebatnya. Tiada yang dapat mematahkan semangat jihad kecuali maut yang
memisahkan. Sedang kita di sini… masih sibuk dengan memperbaiki iman yang katanya futur (lagi)… Padahal, dari segi
apapun kondisi lingkungan kita jauh lebih kondusif untuk beribadah. Yuhuu… Tak adakah kado untuk-Nya hari
ini, semacam hafalan ayat yang bertambah, jadi tidak hanya surat itu-itu saja
yang dibaca dalam sholat?
… bukan sok suci, apalagi
menggurui.. hanya sekedar teguran untuk diri sendiri… ‘afwan.